Rabu, 17 April 2013

♥ married ♥ -(◕‿◕)-


married
 -(◕‿◕)-

SYSKA’S POV

Blam!!
Aku menghantamkan kepalan tanganku ke meja kantin. Sontak, semua mata tertuju padaku. Masa bodoh dengan mereka!
"Aku kurang apa? Aku sudah cantik, kaya, model pula!" aku mendengus, "tapi kenapa kau berselingkuh, sayang."
Air mataku tak kuasa terbendung. Dan saat aku mendongak, aku mendapati Bisma.
Bisma Karisma! Manusia menyebalkan yang selalu ikut campur terhadap hidupku.
"Hai," ia memberiku senyum menyebalkan.
"Aku sedang tidak ingin diganggu." jawabku dingin
"Memangnya aku mengganggumu, ya?"
"Kurasa."
"Aku hanya heran, mengapa kau menangis." ia mencermati setiap butir air mataku.
"Pacarku selingkuh!! Aku Frustasi!!" jeritku, persetan dengan mereka yang memperhatikanku!

"Oh." ia merogoh sakunya dalam-dalam,
"Makanlah." ia memberiku sebiji permen. Yang benar saja? Bisma adalah pria tertampan, terkaya, keturunan Ningrat pula! Tapi, ia hanya mampu memberi sebutir permen untukku?

"Aku bukan anak kecil yang bisa disogok dengan permen, bodoh!" umpatku.
"Cobalah dulu." senyum menawan diwajahnya memaksaku menerima permen pemberiannya itu. Aku membuka bungkus permen itu, dan baru beberapa detik permen itu berada di mulutku, tiba-tiba Bisma memasukkan mulutnya ke mulutku! Ia merebut permen itu dariku, dengan bibirnya!! Oh ya ampun! Aku tercengang sebentar.
"Ku kira, aku juga ingin memakan permen itu. Tidak masalah, kan jika kita berbagi?" ia menatapku sambil tersenyum lebar. Semua mata memandang kami dengan tatapan aneh.
"Apa-apaan kau! Seenaknya saja seperti itu di depan umum!" tandasku malu
"Apa salahnya? Aku cuma minta permennya." wajahnya tampak tak berdosa.

"Ah!" aku bergegas meninggalkannya. Untung tadi Rafael tidak ada. Kalau ia tahu, perang dunia ketiga akan terjadi.
Aku berjalan pelan sambil memegangi bibirku. Mana mungkin ia melakukannya dengan secepat itu? Bahkan Rafael pun tidak pernah kuizinkan menciumku. Namun pria itu... .

***
BISMA POV’S

Aku bisa melihat wajahnya begitu shock saat aku melakukan hal tadi. Kau mengira aku gila kan? Aku hanya ingin semua murid di Kantin tadi tahu, kalau aku mencintai Syska.. Syska.. Syska. Gadis menawan yang mampu menarik hatiku!
***

Aku melihat ayahku sedang berada di depan Pintu kamarku. Wajahnya tampak gelisah,
“Ayah, ada apa?” tanyaku heran sesaat
“Entahlah. Tapi Ayah harap kau...”
“Apa?”
“Mau menuruti apa kata ayah.”
“Memangnya ada apa?”
“Kau harus mau ayah jodohkan dengan anak sahabat ayah. Ayah yakin, kau tidak setuju.”
“Memang iya! Aku tidak setuju. Aku memiliki gadis idamanku sendiri, yah!”
“Ayah sudah menduga kau akan berbicara seperti itu, Anakku,” wajah ayah tampak sangat sedih mendengar pernyataanku.
“Tapi, kalau demi Mum, bagaimana?” ayah mengernyitkan dahinya, memicingkan mata menatapku.
“Eh, maksud ayah?”
“Menikah dengan gadis pilihan Mum, berarti menuruti permintaan terakhir Mum. Bagaimana?” memang sudah 3tahun terakhir Mum mengidap kanker rahim.. Dan bila ini memang permintaan terakhirnya, bagaimana? Aku kan hanya mencintai Syska.
“Wajibkah aku menikah dengan.. Gadis pilihan Mum?”
“Ku rasa.”
“Baiklah!” Nadaku terdengar putus asa sambil menutup pintu kamarku keras-keras.
***
SYSKA’S POV

Aku melemparkan tas sekolahku dan berkacak pinggang, mendengarkan penjelasan Ayahku.
"Jadi ayah setuju dengan perjodohan brengsek itu?" geramku
"Jaga mulutmu, Syska Stuart! Ayah akan sangat bangga jika kau menikah dengannya."
"Ayah lupa? Aku punya Rafael di hatiku!"
"Namun adakah namamu di hati Rafael?" ayah balik menyerangku.
"Kurasa.. Tidak." nadaku putus asa
“Nah! Lupakanlah Rafael, dengar Dad!” Daddy mengguncang tubuhku.
“Daddy lupa? Aku seorang model! Bagaimana eksistensiku sebagai Model? Ah.” Aku mendengus kesal.
“Persetan dengan pekerjaanmu! Calon suamimu adalah anak orang kaya, mapan. Kau tak butuh uang lagi, oh Dengar Syska.”Ujar Ayah, "Menurutlah apa kata Daddy! Karena ini memang yang paling terbaik. Untukmu,"
"Terserah dad saja!" aku membanting pintu kamar. Apa-apaan! Perjodohan? Ugh.. Kuno sekali ya? Mimpi apa aku kemarin? Pagi-pagi di cium Bisma, sore hari mendengar berita Perjodohan. Oh, lebih baik aku mati!

***

Aku melihat wajah itu lagi. Bisma, perusak moodku! Namun, apa aku tidak salah lihat? Ia menggandeng seorang wanita! Oke, ku akui Bisma memang tampan, menarik, baik hati dan ramah. Seluruh gadis di kampusku terpesona padanya. Tidak denganku. Ia bahkan tidak ada bagus-bagusnya sama sekali di mataku. Yah, dia artis. Rafael juga artis, tau!
Bisma melangkah tegang bersama gadis itu, aku merasa.. Merasa ada yang aneh. Ah, masa aku cemburu? Karena memang beberapa bulan terakhir ia suka perhatian padaku, dan selama itu ia tidak berhubungan dengan wanita mana pun kecuali aku! Egois ya, aku?

"Hai." kali ini ia menyapaku dengan dingin, dan tegang
"Kau aneh hari ini," ucapku terang-terangan. Ku perhatikan gadis disampingnya yang terus menggenggam erat, bahkan meremas jemari Bisma. Ia menatapku dingin, seolah tak sudi berinteraksi denganku. Cuih! Ia bahkan tak terlalu cantik, asal kau tahu.
"Aku? Ehmm.." ia seperti sedang mengorek-ngorek alasan yang tepat.
"Apa dia pacarmu?"
"Bukan. Ia mahasiswi baru, Namanya Evin.. Lagipula sebentar lagi, aku akan dijodohkan."
"Oh." aku mengangkat alis. Se..sebentar. Di jodohkan? Sama persis denganku! Apa jangan-jangan.. Ia pria yang akan di jodohkan denganku?... .

BISMA’S POV

Ah! Aku harus mengantarkan Evin, mahasiswi baru di Kampus ini. Dan ku pastikan Syska tidak akan cemburu. Tentu tidak. Ia sepertinya tidak pernah tertarik padaku, maka untuk apa ia cemburu? Sebenarnya sudah lama sekali aku menyukai Syska, namun sialnya Syska mempunyai pacar sesempurna Rafael.. Ketampanannya tak bisa diungkapkan kata-kata karena sangat berlebihan!

***
Aku kembali ke rumah lagi, sambil mempersiapkan diri bertemu dengan calon istriku. Istri? Cuih! Kalau aku tahu dia orang yang sama sekali tidak ku cinta, mana sudi aku menyentuhnya! Oh.
“Bisma, kenakan jas ini!” suruh Dad. Aku menggeleng, jijik menatap jas itu.
“Memangnya ini event resmi apa? Tidak! Aku tidak mau mengenakan jas itu, oh Daddy, kuno sekali.”
“Terserah kau sajalah. Asalkan di depan calon Istrimu, jangan melakukan hal yang aneh-aneh, ya.” pesan Dad. Ah, apa? Calon istri... Hah! Aku kan belum siap meninggalkan Syska~a..

***
SYSKA’S POV

Perjodohan, perjodohan, perjodohan! Gembel sekali kelihatannya! Buruk. Buruk!!!! Aku menatap diriku sendiri di cermin, membanggakan kecantikanku. Sebenarnya aku sangat cantik dan seksi, namun tak banyak pria yang mau mendekatiku karena aku terlalu sadis dan galak. Setiap ada pria yang mendekatiku, aku selalu menampang cuek dan jutek!! Haha. Kecuali setelah seorang pria tampan dan menawan.. Oh sungguh-sungguh tampan!! Lebih dari tampan, bisa dikatakan tampan yang keterlaluan. Namanya, Rafael Tan. Entah bagaimana caranya ia meluluhkan hatiku.... Ia dapat mencuri setengah dari nafasku. Namun semuanya seperti tak berarti lagi. Aku berubah menjadi gadis jahat, jutek dan sadis seperti dulu, aku kembali menjadi emosional! Karena Rafael berselingkuh, dan mungkin ia merasa bosan dengan kecantikanku, sehingga mencari gadis cantik lainnya yang bahkan kecantikannya tak melebihiku! Rafael bodoh!!
“Syska?” suara lembut itu mengagetkanku.
“Eh, apa Mum?” aku merapikan rambutku yang acak-acakan.
“Kau mau kan ikut Mum? Masih berkaitan dengan...”
“Perjodohan Sialan yang tak pernah ku harapakan. Ya kan?” tebakku. Pasti benar!
“Oh Syska.” Nada Mum tampak putus asa. “Hari ini kau akan bertemu calon suamimu,” lanjutnya.
“Hah! Calon suami? Ah,” aku mendengus pelan.
“Cepatlah bersiap-siap sayang. Mum menyiapkan gaun baru untukmu, ada di lemari.”
“Aku tidak ingin memakainya, Mum.”
“Hanya agar kau tampak cantik, sayang. Di depan calon suamimu.”
“Kalau aku terlihat cantik di depannya, lalu ia akan menyukaiku.. Dan menyetujui perjodohan ini, lantas bagaimana nasib Rafael? Lebih baik aku mengenakan baju gembel saja agar ia tak akan tertarik padaku.” Gagasan cemerlangku membuat Mum hanya bergeleng-geleng.
“Terserah kau saja. Cepat, Mum dan Dad menunggumu di bawah.”

***

BISMA’S POV

Aku memasuki gerbang rumah yang tampak begitu megah ini. Ku parkir Ferrari Silverku, dan menenteng kunci mobil berlambang kuda Jingkrak, ciri khas Ferrari.  Dibelakangku ada Dad, menyetir Innovanya.
“Dad, aku tidak yakin..” ucapku gemetar.
“Saat ia melihatmu, ia akan menyukaimu.” Ujar Dad begitu meyakinkanku. Hah!
Dad memencet bel rumah, dan dalam sekejap pintu rumah terbuka. Wanita paruh baya mengenakan dress pendek selutut, rambut ikal sebahunya diurai, tanpa polesan make-up sedikitpun, hah Ibunya saja sangat cantik. lalu Anaknya??
“Hai.” Wanita itu tersenyum melihat kedatangan kami. “Masuk?”
Kami duduk di sofa yang telah disediakan sebelumnya. Mana sih gadis yang akan dijodohkan denganku? Aku ingin tahu seberapa dahsyat cantiknya dibanding Syska.
“Ia masih bersolek di atas, hehe. Namanya juga girly, dandannya lama.” Bela Ayahnya. Pria berkacamata dan berkumis tebal.
“Tidak heran, Harry. Ia kan seorang model, fasih sekali dalam berdandan.” Jawab Ayahku buka suara. Hah, model? Dan mataku tiba-tiba tertuju pada seorang gadis yang datang dari arah belakang...... Membuatku menganga!

SYSKA’S POV
Aku berjalan dari arah belakang. Aku heran saat melihat calon suamiku ternganga dari jauh, dan saat aku mendekat...
“BISMA!” teriakku histeris, ia berjengit.
“Sudah kenal ya?” tanya Dad terperangah. Kami bertatapan untuk beberapa saat, ia menunduk.
“Sudah. Kami sekampus,” jawabku lantang.
“Seperti sudah takdir untuk dipersatukan. Ya kan?” ujar Mum tiba-tiba memecah konsentrasiku.
“Mum bicara apa sih!” Aku berbalik badan, tiba-tiba Bisma menarik tanganku,
“Bisa kita bicara sebentar?”
“Terserah kau saja.” Aku mengikutinya menuju dapur...

BISMA’S POV
Oh begitu senangnya aku! Gadis yang akan dijodohkan denganku adalah gadis yang selalu aku dambakan! Tuhan, aku berhutang padamu.. Mungkin ia belum bisa menerimaku, aku sudah bilang kalau ia hanya mencintai Rafael..
“Kau mau apa?” tanyanya ketus
“Kau suka tidak dengan perjodohan kita?”
“Entahlah.”
“Bisakah kau menolongku kali ini saja...”
“Apa?” tanyanya idiot!
“Menikahlah denganku!” ucapku memohon.. Sorot matanya menatapku tajam.
“Aku tidak tahu.”
“Demi ibuku! Kau tahu ibuku sedang kritis di Rumah Sakit, dan permintaan terakhir ibuku adalah, menikahimu. Aku ingin membuat ibuku tersenyum, walau yang terakhir kalinya.” Aku memasang wajah semelas mungkin, agar ia iba. Usahaku tidak sia-sia, raut wajahnya seakan merasa kasihan pada ibuku, ia berpikir sejenak,
“Bagaimana?” Ulangku. Ia mengangkat bahu, “Baiklah. Tapi aku ingin mengajukan dua permintaan. Kau sanggup?”
“Apa? Jangan mengajukan syarat yang aneh-aneh!”
“Pertama, selama menikah kau tidak boleh menyentuhku, atau.. Tidur bersamaku.” Ujarnya serius. Oh istri macam apa dia?!
“Sulit, sekali. Lalu apalagi?” tanyaku antusias
“Jika suatu saat ibumu telah tiada, aku ingin kita bercerai. Mengerti?” Aku mendelik menatapnya. Mana mungkin seperti itu!!
“Apa?” jeritku histeris.
“Kenapa? Keberatan?”
“Kau ini sungguh.. Sungguh..”
“Anggap saja pernikahan ini sandiwara, demi ibumu.” Aku menopang daguku dengan tanganku, seandainya ibuku bisa hidup lebih lama lagi!! Aku tidak ingin berpisah dengan Syska, Ya ampun.

SYSKA’S POV

Aku mengajukan dua syarat yang sangat berat baginya. Sepertinya ia tidak keberatan, jadi aku memutuskan mau menikah dengannya. Tiba-tiba ibuku datang ke dapur dengan wajah cemberut,
“Kalau kau tidak ingin dijodohkan, tidak masalah Syska. Mum & Dad bisa membatalkannya.”
Bisma mengedipkan sebelah matanya, lalu berbisik,
“Tunjukkan sesuatu!” Ia mendorong bahuku agak menjauh, lalu mengangkat tubuhku ke pangkuannya, dalam beberapa detik, ia sudah menciumku. Membuat jantungku seperti terkena sengatan listrik ribuan volt!! Aku bisa merasakan dia sangat antusias menciumku, sampai-sampai aku ikut ter-rangsang dibuatnya. Sesekali aku mendesah, bahkan tangannya sengaja di lingkarkan ke pinggangku..
“Ibu mengganggu ya? Maaf..” Mum pergi mengendap-endap sambil menahan senyumnya.
Kami berjauhan untuk beberapa saat,
“Luar biasa.” Ucapnya kagum.
“Ah! Ini juga demi ibumu. Ayo kembali ke ruang tamu,” ajakku sambil menahan rasa malu..

***

SYSKA’S POV

“Kau menikah dengan terburu-buru, dasar tolol!” maki Ye-Rin, asistenku.
“Ini bukan kemauanku, kau tahu?” aku menatapnya dongkol
“Kau kan model! Kalau kau hamil bagaimana? Lalu tiba-tiba tidak ada lagi yang mau memakai jasamu.. Dan.. Eksistensimu sebagai model, bagaimana?”
“Aku tidak akan pernah hamil dengannya. Sudi sekali, cuih!”
“Hah? Memangnya dia sejelek itu ya?”
“Tidak. Dia sangat tampan, pria tertampan ketiga setelah Ayahku dan Rafael.” Ia terkikik,
“Ngomong-ngomong, apa tidak sebaiknya kau memutuskan Rafael terlebih dahulu?”
“Gampanglah, lagipula ia kan sedang menikmati perannya sebagai peselingkuh handal! Aku muak menemuinya.”

***

BISMA’S POV

Aku kaget saat menerima undangan pernikahan itu. Dicetak sebagus mungkin, di sampul dengan sampul plastik bening berwarna emas. Disitu tertera,
Bisma Karisma and Syska Stuart... .
Aku tertawa lebar mengamati tulisan itu. Undangan pernikahanku sudah disebar, dan sebentar lagi aku menjadi pasangan suami-istri. Tapi apa bagusnya menikah tanpa ada malam terindah dalam hidup? Apa yang Syska pikirkan! Hah.
“Tenang, 2 hari lagi, Bisma.” Ujar Dad mengagetkanku.
“Eh, Daddy. Aku pasti bersabar.”
“Pastikan kau menjadi kepala rumah tangga yang bijaksana dan dapat membahagiakan istrimu. Mom pasti bangga padamu, kau memiliki istri yang cantik dan baik hati seperti Syska.” Puji Dad, melebih-lebihkan Syska.

***
SYSKA’S POV

“Syska,” suara itu mengagetkanku. Refleks, aku menoleh ke arah suara yang sudah familiar itu.
“Kau! Ada apa Bisma~aa?”
“Ayahku menyuruhku menjemputmu, untuk fitting busana pernikahan.”
“Gaun? Dan Jas?”
“Menurutmu?!” Ia menarik tubuhku masuk ke dalam mobilnya. Apa yang ada di otak pria ini? Oh. Aku berjanji hanya akan bersandiwara dalam pernikahan ini. Aku berjanji tidak akan mencintainya.

“Kau mau gaun yang mana?” tanyanya mengagetkan lamunanku.
“Up to you—Bee.” Jawabku cepat. Kedua mataku namun tertuju pada arah luar toko, menatap sesosok Pria mirip Rafael, tapi ternyata memang Rafael, sedang menggandeng tangan seorang Gadis... .
“Brengsek!” Umpatku keras-keras. Aku melihat Bisma melototiku, ia langsung cengar-cengir menyambut lirikan semua orang yang melihati kami.
“Kau bicara apa sih! Ini tempat umum!” Ujarnya tampak marah
“Aku baru saja melihat pria-ku sedang berduaan dengan gadis, dan..” Ugh! Aku hilang kendali, aku menuju arah luar toko dan menghampiri Rafael dan Gadis sialan itu. Masa bodoh Bisma mengejarku atau tidak. Aku berkacak pinggang di depan Rafael yang menyuapi gadis barunya itu dengan es krim cone rasa Coklat, rasa yang paling ku benci.
“Bagus sekali ya~a!” Ujarku setengah berteriak. Tak ada kecemasan di raut wajah Rafael, ia hanya mengerutkan dahinya. Sialan, ia tidak lagi takut pada amukanku.
“Kau mau marah? Mau menamparku? Silahkan.” Ujarnya enteng. Dasar pria tolol!! Rafael Bodoh!!
“Menamparmu adalah hal terbodoh yang tak akan ku lakukan, kau tahu? Cukup, aku minta kita putus sekarang.” Aku menghela nafas, “Aku sudah lelah dengan kelakuanmu yang tak pernah menghargaiku!”
“Kau sendiri memutuskan menikah dengan Bisma, itu lebih menyakitkan.” Ia melempar sebuah majalah tepat ke wajahku!! Aku mengumpat-umpat pada Jurnalis yang memuat berita pernikahanku dengan Bisma di majalah murahan ini. Apalagi dijadikan cover dan topik utama pula. Dasar Bajingan!!
“Itu bukan kemauanku! Kau mungkin kaget saat tahu kalau ini sebenarnya... Perjodohan.”
“Persetan dengan perjodohan itu! Nyatanya kau lebih memilih Bisma ketimbang aku, Baiklah aku terima saja, kok.” Aku mendelik marah menatap gadis yang ada di samping Rafael itu, tampak kewalahan menatap wajah sadisku.
“Jangan salahkan dia! Nyatanya, ia lebih mencintaiku. Dia gadis terbaik yang pernah ku pacari!” Bela Rafael. Aku mendengus kesal, ya ampun Rafael benar-benar benci padaku, mungkin. Aku menyesal mengenalmu, dasar Playboy gila!!
“Ah! Baiklah, kalau kau percaya takdir, mungkin suatu saat kau akan menerima balasan dari semua ini, dan atas sakit hatiku!” sekilas aku berbalik badan, sambil menunduk air mata. Namun tubuhku berhenti karena ada penghalang di depanku. Tubuh itu secepat kilat langsung memeluk tubuhku yang melemas mendengar ocehan Rafael tadi. Tubuhnya begitu tegap, harum dan membuatku nyaman saat menangis di pelukannya.
“Jangan sakiti gadisku,” sepertinya ia memarahi Rafael, “Jangan ganggu kehidupan kami lagi. Terima kasih kau pernah singgah di hatinya dan.. Selamat tinggal!”
Aku tercengang mendengar ungkapannya tadi. Aku mendongak menatap raut wajahnya, oh Bisma. Ia benar-benar malaikat yang baik hati... .

BISMA’S POV

Aku tahu perasaan Syska sekarang, pasti sangat hancur dan remuk. Aku juga melihat kejadian tadi, apalagi saat Rafael melemparkan majalah ke wajah Syska. Sangat menyakitkan bagi seorang gadis, namun aku percaya Syska adalah gadis tegar yang tak goyah begitu saja. Ia akan bertahan, aku yakin itu.
“Jangan menangis lagi Nona.” Hiburku masih memeluknya,
“Thank’s Lovely.” Nadanya begitu lembut dan menggoda. Aku tersenyum menatap raut wajah cantiknya berubah menjadi senyum.
“Ngomong-ngomong tentang Gaun, aku sudah memilihkannya tadi.”
“Oh ya? Warna apa yang kau pilih?”
“Kalau kau melihatnya, aku yakin kau akan suka. Warnanya Hijau.”
“Hijau? Warna favoritku! Kau tahu sekali warna favoritku?” ia mengernyitkan dahinya.
“Kemampuan alami? Hahaha, ikatan batin mungkin.”

***

Aku menatap diriku sendiri di depan cermin. Ini hari apa? Selasa! Kau tahu apa artinya? Hari pernikahanku. Pernikahan!! Kata yang selalu ku ulang-ulang dalam ingatanku. Ku kenakan jas berwarna hijau muda ini, lalu seorang perias datang padaku dan mulai memoles wajahku... . Yang ternyata perias itu adalah asistenku sendiri, Diva.
“Bagaimana kalau Syska tampak sangat cantik hari ini? Kau akan terpesona, hilang akal.. .” Ucapnya panjang lebar. Aku menatap raut wajah Diva tak kalah bahagianya denganku.
“Setiap hari ia selalu tampak cantik,” ujarku enteng. Ia terkekeh, lalu mengatur suaranya,
“Sudah putuskan mau bulan madu kemana?”
“Aku tidak tahu. Aku sendiri masih sibuk, bagaimana keadaan member SM*SH lainnya?”
“Mereka baik-baik saja, dan nanti mereka akan datang! Bahagialah kau!”
“Tapi aku tidak mengundang mereka.” Candaku,
“Tentu mereka tidak perlu undangan untuk datang ke pesta pernikahan sahabatnya sendiri. Ya kan?”
“Agree with ya~.” Ia menyudahi sedikit riasan di wajahku. Ia asistenku, maka ia tahu make-up macam apa yang ku suka. Pada dasarnya, aku benci di make-up. Maka khusus hari ini, aku mau di make up, dengan sedikit saja, bedak yang tidak tebal. Hanya itu. Simple, namun tak akan mengurangi karismaku.
“Perfecto, Bisma~aa.” Diva memandang wajah tampanku dengan sangat bangga. Hasil riasannya tidak kalah keren dengan perias terkenal sekalipun. Itulah Diva. Gadis baik hati yang bisa menjelma jadi apa saja.

***

SYSKA’S POV
Apa yang kau pikirkan tentang penampilanku? Hah, keren sekali! Bahkan gaun ini sangat indah, di luar perkiraanku. Bisma memiliki selera yang cocok denganku. Jodoh? Takdir? Entahlah! Yang aku tahu, kini aku sedang mengagumi diriku sendiri di depan cermin, sambil menanti detik-detik pernikahanku... . Bahagia, terpaksa, sedih... . Semua menjadi satu! Namun rasa bahagia mendominasi.
‘Ceklek..’ seseorang membuka pintu kamarku. Ye-Rin, asistenku paling menyebalkan sedunia.
“Aku merestui pernikahanmu Sysy!” Ucapnya meneteskan air mata bahagia.
“Bukankah kemarin kau memarahiku karena aku menikah terburu-buru? Hah,”
“Kemarin. Sekarang tidak. Dengar Sysy.” Ia memelukku, “Kalau kau bahagia, aku juga akan bahagia.” Ucapannya membuat hatiku seperti tersayat-sayat sembilu. Oh.. Manis sekali. Kami saling memandangi satu-sama-lain dengan tatapan bahagia,
“Kau harus membuat Bisma bangga memiliki istri sepertimu,”
“Tentu Ye-Rin~yaa.” Aku kembali memeluknya,
“Kau harus cepat ke bawah, banyak yang sudah menunggumu.”

***

“Bisma Karisma. Sanggupkah kau mencintai Syska Stuart dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit?” tanya Pendeta. Bisma menggenggam erat tanganku,
“Ya..” suaranya gugup, volumenya terlalu kecil. Apa ia takut akan melanggar janji itu?
“Syska Stuart. Sanggupkah kau mencintai Bisma Karisma dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit?” Suara pendeta itu mengagetkanku. Aku mendelik bingung ke arah Pendeta, sambil menelan ludahku.
“Yes.” Jawabku singkat. Ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Apa? Entahlah.
“Sekarang, silahkan tukar cincin.” Ujar Pendeta itu lagi. Bisma meraih tanganku, hendak menyematkan cincin emas putih itu di jari manisku... . aku mengigit bibirku karena grogi. Dalam sekejap, cincin itu sudah ada di jari manisku. Wah!
“Sekarang giliranku.” Gumamku berbisik pada Bisma. Aku agak takut saat hendak menyarangkan cincin itu ke jari Manis Bisma.. Sudah ku bilang aku grogi dan masih tidak percaya pada pernikahan instant ini!
“Kau lama sekali!” ujarnya tidak sabaran. Aku melotot ke arahnya, dan cepat-cepat memasangkan cincin ke jari manisnya. Ia tersenyum lega, dan memelukku,
“Akhirnya.” Bisiknya, membuatku merinding.

***

BISMA’S POV
Aku resmi menjadi suami Syska! Bahagianya diriku memiliki istri secantik Syska. Ia tak henti-hentinya menatap kosong ke arah kaca mobil, seperti memikirkan sesuatu hal. Mungkin ia masih belum menerima kenyataan bahwa dirinya sudah menjabat sebagai nyonya Karisma, kau tahu dia masih sangat kekanak-kanakan. Ia pasti juga belum menerima diriku sebagai suaminya. Ia tidak mencintaiku! Ia sudah bilang kan kalau pernikahan ini hanyalah sandiwara, di matanya... .
“Bisma~aa?” ucapnya mengagetkanku yang sedang menyetir mobil.
“Apa?”
“Kau ikhlas tidak, menikah denganku?”
“Tentu saja. Aku kan sudah mendambakanmu sejak dulu. Seperti keberuntungan bagiku, oh Dewi Fortuna! I heart you!” ujarku setengah berteriak. Ia menyunggingkan sedikit senyum manisnya.
“Tapi aku tahu kau yang belum bisa menerima kenyataan bahwa kau sudah memiliki suami. Ya kan?” tebakku. Ia selalu mendelik menatapku, dengan tatapan konyol. Mendelik ke arahku adalah salah satu ciri khasnya yang paling aku suka!
“Aku... . Aku tidak tahu Bisma. Biarlah waktu yang menjawabnya.”

***

SYSKA’S POV
Ku akui apa yang ia katakan benar! Aku belum siap menjadi seorang ibu rumah tangga, apalagi memiliki kewajiban melayani suaminya. Ah apa-apaan itu! Masa mudaku berkurang, oh ya ampun.
“Syska... .” Ia memulai pembicaraan lagi saat suasana mendadak hening.
“Hmm?”
“Nanti malam... .” Ia mulai membahas yang tidak-tidak! Aku langsung melototkan mataku ke arahnya, ia tertawa kecil..
“Aku suka caramu marah padaku. Mendelik dengan cara seperti itu, kau tahu wajahmu tampak sangat cute.” Ia menatapku dengan senyum lucunya. Ah apakah secute itu wajahku?
“Sala sendiri, kau mulai membahas hal yang tidak-tidak!”
“Oke, nanti malam aku akan tidur di Sofa. Kau puas?”
“Lebih baik.” Ia menghentikan laju mobilnya.
“Belum sampai, kenapa berhenti?” lagi-lagi aku mendelik menatapnya. Hahaha, selalu mendelik ya kan?
“Aku tidak tahu bagaimana cara tuhan menciptakan manusia se-sempurna dirimu. Berapa ribu cahaya untuk menciptakanmu,?” Ia menggodaku. Kata-katanya sungguh romantis, aku sampai melayang terbang!!
“Aku tidak suka kata-kata gombal.” Dustaku mencoba membuang muka, namun ia melarang dan kini kedua tangannya memegang wajahku yang mungkin sudah semerah tomat ceri.
“Kau tidak suka kata-kata gombal? Bagaimana kalau langsung praktek?”
“Apa??” pertanyaanku terlihat sangat bodoh, kan?
Ia menelusupkan bibirnya ke dalam bibirku, tangannya yang semula di wajahku, kini berpindah ke pinggangku dan menarik tubuhku lebih dekat dari sebelumnya. Aku jatuh di pelukannya, ia terus menciumku tanpa henti. Saking nakalnya bibir Bisma, ia sampai menarik seluruh bagian lidahku... . Rasanya sakit sekali saat lidahku tergores behel tajam di deretan gigi Bisma. Namun aku berusaha menikmatinya dengan mengalihkan rasa sakit itu dengan menelusupkan jemariku ke helai rambut halusnya. Ia pencium yang handal, asal kau tahu. Aku terlalu berlarut dalam suasana ini, sehingga ia bisa membawaku masuk ke dalam permainan bibirnya!!

***

BISMA’S POV
Aku juga heran mengapa malam hari cepat tiba. Sore hari terasa cepat berlalu, dan tahu-tahu kini sudah malam. Dan kau tahu apa? Kami sekamar. Pura-pura romantis di depan ibuku yang sudah pulang ke rumah lagi, untuk menemui menantunya. Padahal keadaannya belum terlalu baik, yah itulah ibuku, selalu gigih.
“Kau tidak makan?” tanyaku padanya. Ia berbaring di kasur dan mengutak-atik iPhonenya. Headset putih tercantol di telinganya,
“Kau duluan saja.” Jawabnya lirih.
“Kita harus sok romantis di depan ibuku, kau lupa?” tuntutku.
“Baiklah!” ia menuruni tangga terlebih dahulu dan duduk di kursi meja makan. Aku mengambil tempat di sampingnya,
“Cantik sekali menantuku. Kau mau makan apa?” tanya ibuku. Senyum Mum tidak luntur menatapi menantunya.
“Mungkin hanya beberapa suap nasi, Mom.” Jawab Syska menyunggingkan senyumnya.
“Bisma, bagaimana kalau kau menyuapi istrimu? Sepertinya ia tak bernafsu makan,” perintah ibuku. Senang saja bagiku, namun bagi Syska?
“Lakukan saja.” Bisiknya pelan, masih tersenyum. Aku mengambil nasi putih tak terlalu banyak beserta lauk-pauknya. Perlahan aku menyuapi Syska, anehnya Syska menurut dan seakan menikmati makan malam hari ini. Aneh sekali.
“Bagaimana masalah cucu untuk Mum?” tuntut Ibuku. Aku menekuk wajahku dan meletakkan piring beserta sendok di meja, sementara Syska melakukan hal seperti biasa, Mendelik menatapku.
“Eng... . Mum.. . Kami usahakan.” Syska angkat bicara. Ia bicara apa? Apakah ia bersungguhan dengan perkataannya?
“Bagaimana kalau nanti malam?” Sial. Ayahku angkat bicara.
“Aku masih Mens, dadd—ya~” Kata Syska. Ia bohong tidak sih ?
“Ya tuhan, bersabarlah Bisma~a..” Raut wajah Mum seperti sedih. Aku mengangguk saja.
“Oh ya, Dadd & Mum sudah menentukan tempat bulan madu-mu.” Ujar Dad tiba-tiba. Bulan madu? Percuma bulan madu kalau aku tidak boleh menyentuh Syska!
“Kemana?” tanya Syska antusias. Dasar wanita, kalau di ajak ke tempat bagus selalu senang.
“Ke Prancis! Kau suka, menantuku?” jawab Mum sambil menyodorkan air putih pada Syska. Syska sampai tersedak mendengar jawaban Mum.
“Keren sekali!” Syska lalu meneguk air putih itu. Senyum manisnya tersungging agak lama.
“Dan, Bisma. Kau ke Prancis bukan hanya senang-senang, kau harus mengurus Perusahaan ayah disana. Kau mengerti?” kata Ayah. Aku menelan ludahku.
“Tinggalkan boyband SM*SH—mu itu Nak, Cuma 3 bulan kau disana.” Mum mencoba meyakinkanku. Cuma 3 bulan?? 3 bulang dibilang Cuma? Aku menatap Syska lagi. Wajahnya begitu tampak bahagia! Tentu saja sampai disana ia akan terus melancong da shopping, itulah wanita.
“Besok kau akan konferensi Pers, Bisma~aa.”

***

SYSKA’S POV

Sekaya itukah keluarga Bisma? Bayangkan saja! Bulan Madu ke Prancis selama 3 bulan! Mengasyikkan betul. Aku akan befoto-foto disana, memamerkan pada teman-teman modelku yang lain. Dan, aku akan menyicipi kuliner disana, belanja sepatu ala Paris yang katanya sangat keren dan mewah!
Malam ini aku memulai tidurku untuk menyiapkan konferensi Pers besok. Aku memang menyuruh Bisma tidur di sofa, agar ia tak macam-macam padaku. Dan masalah aku Mens tadi... . Sebenarnya aku tidak mens! Kau tahu aku risih disentuh Bisma. Bahkan saat ia menciumku... . Sebenarnya aku sangat terangsang terhadap setiap sentuhannya. Kalau aku lupa diri, aku akan hamil. Padahal aku belum siap mempunyai anak, kau tahu. Aku belum bisa memejamkan mata sampai tengah malam ini! Seperti ada yang mengganjal dalam hatiku... . Aku lalu menatap Bisma yang sudah tidur sejak tadi. Tak ada selimut yang menutup tubuhnya, dan sepertinya ia menggigil. Aku mengambil satu selimut lagi untuknya, dan menyelimutinya. Wajahnya begitu manis saat ia tidur, nafasnya teratur dan... . Aku tak kuasa untuk membelai wajahnya.
‘Aku sedang berusaha mencintaimu.’ Bisikku pelan

***
BISMA’S POV

Aku bangun lebih dulu dari Syska. Aku betah menontonnya saat tidur, begitu pulas dan... . Sangat menggoda. Ia tidur, namun terselip sedikit senyum di bibirnya. Apa yang ia mimpikan semalam? Sampai terbawa sampai pagi! Karena hari ini kami akan Konferensi Pers maka aku akan bersiap lebih dahulu.
“Kau sudah bangun?” ia mengejutkanku, matanya masih setengah terpejam,
“Dari tadi.”
“Biarkan aku tidur setengah jam lagi ya~.” Ucapnya tampak memohon. Tanpa persetujuanku, ia sudah tidur lagi. Hah dasar gadis pemalas!
Aku memulai aktifitas hari ini, mungkin mandi terlebih dahulu.
Baru beberapa saat aku berada di dalam kamar mandi,
‘Brak!’ seseorang membuka pintu kamar mandi. Aku kaget dan mendapati Syska ada di depan pintu kamar mandi. Ia mendelik menatapku, seperti biasa. Wajahnya tampak shock dan mencoba mengalihkan padangan.
“Kau mau mengintipku!” seruku, ia masih berbalik badan.
“Aku kira kau dibawah! Aku kan mau mandi!” ujarnya sedikit membentak
“Kau juga mau mandi? Ku kira kau masih mau tidur, pemalas!” Aku menarik tubuhnya ke dekapanku, untungnya aku masih memakai baju.
“Kau mau apa?” ia tampak setengah meronta. Aku menghidupkan shower dan membiarkan tubuh kami berdua basah karena aliran deras air dingin dari shower... . Aku bisa menatapnya begitu terkejut dan menggigil, di pelukanku.

SYSKA’S POV

Apa-apaan! Aku baru saja bangun dan akan mandi, dan mendapatinya berada di dalam kamar mandi, untung dia masih berpakaian! Aku tak menduga kalau ia akan mengajakku mandi bersama pagi ini. Mandi bersama? Ah! Mesum sekali kelihatannya! Ia memelukku di dekapannya dan mengguyur diri kami sendiri dengan air shower yang begitu dingin! Aku terperangah, tak tahu harus lakukan apa. Karena airnya begitu dingin dan lebih nyaman jika di pelukannya,
“Kau mau yang lebih dari ini?” tanyanya sambil menjauhkan tubuhnya dari ku. Aku menunduk, pasrah saja dengan apa yang akan dilakukannya... .
Ia memelukku lagi, menjajal menciumiku, mencium semua bagian wajahku. Ia mengecup pelan pipiku, dahiku, sudut bibirku, dan terakhir ia menyentuhkan bibirnya ke ujung atas bibirku, begitu intens.. . Pelan dan lembut. Aku seakan lupa diri dan malah membiarkannya hilang kendali untuk merabai seluruh bagian tubuhku yang kini basah. Aku sama sekali tidak keberatan saat jemarinya merabai pinggangku dan mempererat pelukannya, dan aku juga tidak keberatan saat bibirnya mulai bosan menjelajahi bibirku, dan melepaskan pelukan kami.
“Ah gomaweyo~” Ia melepaskan pelukannya, kami berpisah agak berjauhan dengan nafas terengah-engah
“Entah apa yang akan terjadi tadi jika kau tidak berpakaian!” Umpatku. Ia tersenyum,
“Keluarlah! Aku mau mandi duluan... . Atau kau mau mandi bersamaku?”
“Gila!”

***

BISMA’S POV

Puluhan jurnalis dan peliput berita sudah menunggu kami sedari-tadi. Aku melangkah mantap sambil tangan kiriku menggenggam tangan Syska,
“Kau jangan bicara macam-macam, hanya bicaralah jika wartawan menanyaimu!” ucapku padanya. Ia mengangguk tanda mengerti.
“Bisma! Bisma~aa Karisma, dan Nyonya Syska Karisma. Bagaimana kabar kalian setelah menikah?” seorang wartawan menanyai kami.
“Kemana kalian akan berbulan madu?”
“Berapa anak yang kalian targetkan?”
“Bagimana dengan karier Anda di Boyband SM*SH?” aku serasa pusing mendengar serangan pertanyaan bertubi-tubi dari para wartawan. Aku menghela nafas sambil melirik Syska yang tak kalah gugupnya denganku... . Aku meraih mic,
“Jadi, setelah pernikahan kami.. Kami akan berbulan madu ke Paris, Prancis. Disana aku akan mengurus perusahaan Ayahku, sementara Ayahku sedang repot di rumah mengurus ibuku yang kebetulan sedang sakit... . Aku akan rehat sebentar dari SM*SH. Ada pertanyaan lagi?” Semua wartawan dan jurnalis mulai merekam dan menulis semua perkataanku tadi.
“Dan, Nyonya Syska, berapa anak yang Anda targetkan?” celetuk seorang Wartawan. Syska langsung membeku tak berkutik. Matanya mendelik menatapku, mengguncang sedikit tanganku.
“Ku rasa 2 cukup, terlalu banyak anak akan membebani biaya. Aku juga kasihan pada Istriku jika ia harus melahirkan berkali-kali. Maka 2 saja cukup bagi kami.” Aku yang menjawab. Karena aku tahu Syska akan terdiam seperti ini. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan... Jadi aku yang harus menjawab.
“Ya! Tentu betul yang dikatakan suamiku.” Syska mencoba rileks menambahi perkataanku.
“Kalian serasi sekali ya~a.” Celetuk seorang Wartawan perempuan.
“Hanya bersandiwara.” Gumamku sedih.

***

SYSKA’S POV

“Aku suka caramu menjawab pertanyaan tadi!” Ucapku padanya. Ia masih fokus menyetir,
“Kau pikir untuk apa aku menjawabnya? Menjaga image kita!”
“Ah, tapi itu tadi keren. Otakmu encer sekali.” Pujiku.
“Tapi kita tidak bisa mempertanggung jawabkan ucapanku tadi kan?”
“Maksudmu?”
“Kita tidak akan memiliki 2 orang anak. Tidak akan.” Nadanya terdengar putus asa. Aku terdiam. Apa aku bersalah sih? Aku hanya ingin menjaga tubuhku tetap ramping, kan jika wanita sedang hamil tentu tubuhnya akan melar... Dan tidak langsing lagi.
“Aku tidak tahu, Bisma!”
“Kau selalu tidak tahu! Kapan kau tahu?”
“Entahlah! Aku tidak ingin berdebat.”
“Aku juga tidak ingin berdebat!”
“Diamlah kalau begitu!” Bisma pun menambah kecepatan mobilnya,
“Jangan ngebut Bisma!”
“Kenapa? Kau takut mati?”
“Tidak... . Aku takut kehilanganmu.”

***
BISMA’S POV
Apa barusan ia bilang? Takut kehilanganku? Apa aku salah dengar!
“Apa kau bilang tadi?” Ulangku.
“Yang mana?” jawabnya gugup
“Barusan.”
“Aku tidak bilang apa-apa Bisma~yaa.”
“Bohong,”
“Ya, aku bohong.”, ia mendengus, “Aku bilang, Aku takut kehilanganmu.” Aku tercekat mendengar ucapannya. Ini sungguh keterlaluan! Sejak kapan ia mencintaiku?
“Kau mulai mencintaiku?” Nadaku terlalu serius membuatnya menegang.
“Aku sebal padamu.” Ujar Syska “Aku belum bisa memisahkan yang mana Cinta dan yang... . Benci.” Lanjutnya.
“Kau harus belajar padaku.” Ia tersenyum, aku pun ikut tersenyum.

***

Aku menatap banyak aksesoris dan perlengkapan bayi di atas meja. Punya siapa ini? Ku lihat Mom sedang asik memilah-milih mana yang cocok. Ada 2 warna perlengkapan bayi, yang satu pink dan yang satu biru tua.
“Syska~yaa? Kau sudah datang? Kemari sayang!” ucap Ibuku. Syska mendekat ke arah Mom,
“Untuk siapa Mom?” tanya Syska
“Untuk calon bayimu. Jika bayimu perempuan, maka aksesoris bayinya yang berwarna Pink. Tapi jika laki-laki, aksesorisnya berwarna biru tua.” Mum memisahkan antara yang warna pink dan biru tua. Sebegitu terobsesinya kah Ibuku untuk memiliki cucu?
“Tapi kan masih lama, Bu. Syska pun belum pernah tersentuh olehku.” Ocehku. Mum mendengus,
“Apa salahnya kalau Mum mempersiapkan dari sekarang? Mum sangat tidak sabaran untuk memiliki cucu, Bisma~yaa. Kau juga kan Syska? Kau pasti juga tak sabar menimang bayi...” Raut wajah Mom tampak gembira. Syska hanya tersenyum kecut.
“Terserah Mom saja,” Aku menarik tangan Syska, “Ayo kita packing. Nanti kita sudah harus berangkat Prancis.”

***

SYSKA’S POV

Aku sepertinya hanya akan mengecewakan Mom kalau aku masih tidak mau tidur dengan Bisma. Lalu aku harus bagaimana? Di satu sisi, aku sangat malu jika nanti aku hamil. Apalagi kalau sampai melahirkan seorang anak ke dunia! Urusannya bakal tambah panjang.
“Syska... .” Bisma menatapku lekat-lekat. Aku merasa bersalah lagi.
“Apa? Kau akan menyalahkanku karena aku akan mengecewakan Ibumu, ya kan! Kau akan menyalahkanku karena aku tidak mau tidur denganmu!”
“Aku tidak bilang begitu.” Perlahan tangannya dilingkarkan ke pundakku, ia membenamkan tangisanku di dadanya.
“Hamil atau tidak itu urusan belakangan. Jangan menangis, kita kan harus packing. Nanti sore kita berangkat!” Ia mencoba menenangkanku. Ya ampun kenapa aku memiliki suami sebaik dia? Sabar... . Dan sangat perhatian.
“Oke,” Aku mulai memasukkan beberapa pakaianku ke koper. Begitu pun Bisma.

***

SYSKA’S POV

Setiba di Paris, aku begitu takjub dengan pemandangan disini. Begitu keren! Aku tak menyesal datang kesini.
“Ramai sekali ya~a?” Bisma memperhatikan orang-orang sekitar yang lalu-lalang di Bandara.
“Tapi aku suka, kok.” Jawabku acuh. Banyak sekali bule ganteng disini! Mereka bertubuh besar, berkulit putih dan sebagian dari mereka memiliki bola mata berwarna biru. Aku bisa saja jatuh cinta pada salah satu dari mereka!
“Apakah mereka, maksudku bule-bule itu lebih tampan dariku?” ujar Bisma nampak sewot. Aku mendelik menatapnya,
“Kau bisa membaca pikiranku?” Jawabku menyudutkannya.
“Tidak bisa.”
“Lalu bagaimana kau tahu?”
“Lihatlah! Bola matamu jelalatan melihati mereka, Syska~yaa.”
“Ku akui... Aku tidak bosan menatap mereka.”
“Apalagi aku, aku tak akan pernah bosan memandangmu.” Goda Bisma. Ah, apa-apaan! Di tempat seperti ini pun ia sempat-sempatnya mengeluarkan jurus gombalnya.
“Basi, sekali. Ayo! Kau bilang rumah Bibimu dekat menara Eiffel? Aku ingin kesana Bisma!”

***

Kami menuruni taksi tumpangan kami. Aku turun lebih dahulu dan mendapati rumah kecil dan... Reyot sedang berdiri kokoh di depan mataku. Mana mungkin rumah Bibi Bisma sejelek ini!
“Ini benar rumah Bibimu? Kau tidak salah alamat, kan?” Aku mendelik menatapnya. Ia mengoreksi lagi kertas alamat rumah Bibinya,
“Iya, benar ini rumahnya, kok.” Ia mengangguk. Dan sesegera mungkin aku menelan ludahku, menatap rumah yang akan ku tinggali selama 3 bulan lamanya!
“Masuk?” Bisma menggeret tanganku masuk ke rumah itu....
Yang tidak dikunci.
“Kenapa tidak dikunci?” tanyaku polos.
“Entahlah, aku jadi khawatir...” Bisma celingak-celinguk mengecek kondisi rumah ini
“Apakah ada pencuri masuk?”
“Apa yang akan ia curi dari Bibiku? Tak ada barang berharga di rumah ini, dan Bibiku sudah cukup tua untuk dijual. Hahaha.”
“Setuju denganmu.” Aku menahan tawaku yang hampir meledak!
“Bisma? Kaukah itu!” seorang wanita paruh baya muncul tiba-tiba dari sudut kamar. Ia bertubuh gemuk, pendek, berambut keriting dan wajahnya sangat manis.
“Auntie~” Bisma refleks memeluk Bibinya itu.
“Bisma, akhirnya kau datang! Dan, selamat datang Nona Cantik! kaukah istrinya Bisma? Bisma, kau pintar sekali memilih Istri secantik dia!” Bibi langsung memelukku. Aku hanya membalas pelukannya sambil tersenyum.
“Dia istriku, Aunt. Aku tidak salah pilih, kan?” Ujar Bisma membanggakan dirinya sendiri.
“Oh, tuhan berkatilah bidadari ini.” Bibi mengecup keningku, “Kau belum hamil?” Tanyanya tiba-tiba.
“Belum...” Jawab kami, Bisma dan Aku bersamaan.
“Makanya orangtuamu mengirimmu kesini ya! Percayalah, setelah banyak pasangan berbulan madu di Paris, mereka akan hamil dan memiliki anak yang sangat cantik atau tampan. Kau percaya mitos? Jika berbulan madu di Paris, kelak anaknya akan selalu bersinar, indah dan megah seperti Menara Eiffel. Beruntunglah kalian ya~a!” Ungkap Bibi panjang lebar. Glek! Aku menelan ludahku dalam-dalam.
“Auntie.... Ku rasa kami lelah, kami boleh beristirahat?” ujar Bisma. Aku mendukungnya dengan anggukan kepalaku.
“Tentu! Kamar kalian berdua di atas ya. Dan besok pagi-pagi kalian harus bangun pagi karena Auntie akan memasak spesial untuk kalian.” Bibi membantu mengangkatkan koper kami.

***

BISMA’S POV

Indah sekali disini. Menara Eiffel bisa kelihatan dari jendela kamar kami, apalagi saat malam hari. Cahaya-cahaya lampu menerangi bagian-bagian jalan raya ramai kota Paris... Aku masih belum bisa tidur karena takjub akan keindahan Paris! Kota Mode.
“Bisma, kau tidak mau tidur... Denganku?” Ujarnya tampak ragu-ragu. Aku menengok ke arah Syska, Ia sedang menutupi dirinya dengan selimut. Jujur, aku Kaget dengan apa yang ia ucapkan.
“Apa kau bilang?” Ulangku.
“Jangan berpikiran macam-macam ya! Maksudku, tidur disampingku. Kau kan lelah, jadi aku tak mungkin membiarkanmu tidur di Sofa. Sayang sekali ranjangnya hanya satu, jadi apa salahnya kita berbagi?” Tawarnya. Aku tertawa mendengar pembelaannya,
“Baiklah.” Aku menutup jendela kamar dan mengambil posisi disampingnya. Ranjang ini cukup lebar dan besar, empuk pula. Ia mengambil jarak antara kami agak menjauh, lalu menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut.
“Bahkan kau tak mau berbagi selimut denganku!” Protesku. Ia menghadap ke arahku, kini posisi kami berhadap-hadapan.
“Apa kau bilang? Selimut?”
“Ya! Dingin sekali malam ini.”
“Selimut ini terlalu kecil untuk dibagi berdua!”
“Lalu bagaimana?”
“Kau cari selimut lagi, sana! Pasti Auntie punya selimut lagi.”
“Aku memelukmu saja, lah. Pasti nanti akan terasa hangat dengan sendirinya. Boleh tidak?” Nadaku seperti memohon padanya. Ia tersenyum sedikit, pasrah saja sepertinya.

SYSKA’S POV

“Aku memelukmu saja, lah. Pasti nanti akan terasa hangat dengan sendirinya. Boleh tidak?” ujarnya tampak memohon. Aku hanya tersenyum, pasrah saja dengan apa maunya. Perlahan kedua tangannya dilingkarkan kepinggangku, lalu ia memelukku seperti biasanya. Malam ini terasa tambah hangat saat ia memelukku...
“Hangat sekali. So warm~” bisiknya. Aku merasa geli saat ujung bibirnya menyentuh pipi kiriku. Hembusan nafasnya mengenai seluruh bagian wajahku. Ia juga mempererat pelukannya, aku menyerah sajalah.. Dalam hitungan detik, posisi sudah berubah lagi. Ia menindih tubuhku, kini ia ada di atasku, sambil mengerang sedikit.
“Kau mau apa sih?” tanyaku. Sepertinya aku mulai terangsang padanya.. Ugh..
“Menurutmu?” spontan ia mengecup bibirku, berkali-kali. Tidak berdurasi lama namun berkali-kali. Tangannya di telusupkan ke rambutku, dan aku seperti terpancing untuk menarik tubuhnya lebih mendekat padaku.... Tubuhnya kini menempel padaku. Detak jantung kami seirama, desahan nafas kami serasi....
‘ceklek!’ seseorang membuka pintu kamar kami yang tidak di kunci. Secepat kilat, bibir kami langsung berpisah dan Bisma membanting tubuhnya ke sampingku, menyadari kedatangan seseorang,
“Auntie mengganggu ya? Ya ampun! Maaf ya? Auntie hanya ingin memberikan selimut satu lagi,” Bibi menyodorkan selimut bercorak bunga-bungaan berwarna kuning. Bibi langsung meninggalkan kami lagi, menutup pintu sehingga kembali menjadi posisi semula.
“Entah apa yang akan terjadi jika Auntie tidak masuk ke dalam.” Ujarku sambil mengelap bibirku yang basah kuyup, karena dia tentunya!
“Mungkin aku akan menidurimu, dan berhasil membuatmu tidak perawan lagi. Kemudian 2 minggu setelah itu, kau mual-mual, perutmu gendut, lalu kau akan marah-marah padaku, kau akan murka dan meneriakiku karena membuat seorang janin bersarang diperutmu!”
“Ergh!” geramku.
“Ya kan?”
“Dasar sinting! Aku mau tidur!”
“Selamat tidur, Syska.” Ia mengubah posisiku yang sebelumnya membelakanginya, lalu tanpa seizinku, ia mengecup keningku.

***
SYSKA’S POV

Sinar matahari berhasil lolos menembus jendela kamarku. Aku bangun lebih dahulu dari Bisma, dan mendapati posisi kami yang tak senonoh. Aku memeluk tubuh Bisma yang sedang telentang! Haha. Apa reaksinya setelah bangun nanti? Aku langsung mengubah posisiku, membelakanginya namun tiba-tiba tangannya mencekalku.
“Semalaman, kau memelukku.” Ucapnya mengubah posisiku lagi. Kami berhadap-hadapan.
“Aku kan sedang tidur, jadi aku tidak tahu yang sedang ku lakukan semalam!” Bantahku. Ia tersenyum dan membelalakkan matanya lebar-lebar, pagi-pagi ia sudah memberiku sarapan kecupan kecil di bibirku,
“Gutten Morgen My Princess.” Aku membalas kecupan hangatnya dengan pelukan,
“Pagi juga, pangeran~. Ayo cepat bangun dari ranjangmu, hari pertamamu bekerja, pak Presdir!” Aku mengacak-acak rambutnya. Ia tersenyum dan buru-buru masuk ke kamar mandi. Aku masih terdiam di atas ranjangku dan mendapati HP yang semula diam kini bergetar hebat selama beberapa kali.
“Ye-Rin!” Ucapku girang saat mengetahui Ye-Rin tengah menelponku.
“Syska! I miss ya~..” Suaranya terdengar serak menahan tangis.
“Me too, Ye-Rin~yaa.. How are you?”
“Am not fine without you. Come back to Indonesia, please..”
“Sorry Ye-Rin~yaa, am very fukin busy here.”
“Bagaimana kabar Bisma?” Ye-Rin menggunakan bahasa Indonesia lagi
“Baik! Sangat baik.”
“Yah.. Sedang apa kau?”
“Baru bangun tidur.. Hoamm.. kau sendiri?”
“Anu, eh sudah dulu ya, aku mau rapat mendadak!” secepat kilat Ye-Rin mematikan telepon tadi. Padahal aku masih sangat rindu padanya, Ya Ampun.

***

BISMA’S POV

Kini saatnya aku bekerja di perusahaan Daddy-ku. Hari pertama, jadi aku lumayan nervous. Untung aku mempunyai istri pengertian seperti Syska, ia memakaikanku dasi, menyiapkan tas kerjaku.. Dan ia sudah sangat mirip ibu rumah tangga. Aku suka itu.
“Bismaa~aa.. Syskaa! Turun sayang, Bibi sudah masak untuk kalian!” Teriak Bibiku dari bawah. Teriakannya sangat nyaring,
“kau dengar tadi? Ayo ke bawah.” Ajakku. Syska menurut padaku, dan ku kira ia sudah benar bisa menerima kenyataannya sekarang bahwa ia adalah istriku. Semoga berlangsung lama...

“Tara!!” Auntie menyambut kami, di depan mataku sudah tertata rapi semangkok besar spaghetti yang.. Sudah biasa kumakan di Jakarta. Spaghetti biasa, toppingnya jamur dan ayam. Tak ada yang spesial!
“Ini Cuma spaghetti, Aunt.” Ucapku tak berselera.
“Ah~ ayolah, kau belum menikmatinya. Ayo silahkan duduk!” Bibi menyiapkan dua kursi untukku dan untuk Syska. Kami duduk bersebelahan dan saling menatap jijik ke arah Spaghetti itu. Yeh, Jijik ?
“Ini piringnya..” Auntie hanya menyediakan satu piring untuk kami. Aku mendelik menatap bibiku ,
“Auntie, kenapa piringnya hanya satu? Sedangkan kami kan berdua.” Protesku,
“Hohoho, itulah istimewanya. Auntie hanyaa menyiapkan satu piring dan satu sendok untuk kalian berdua, Hmmm.. Sepiring berdua-lah.” Ujar Bibiku tersenyum bangga. Syska langsung menyendok Spaghetti berwarna merah tua akibat saos itu ke piring yang hanya satu, dengan antusias. Dia serius mau makan sepiring berdua denganku??
“Syska, suapi suamimu, sayang.” Suruh Bibi. Syska mengangguk kecil, dan menyuruhku membuka mulut.
“Mau makan tidak?” tanyanya. Aku mengerutkan dahi,
“kau tidak makan?”
“Makanlah saja dulu.” Aku menurut saja apa yang ia bilang, perlahan sesuap demi sesuap spaghetti masuk ke mulutku. Rasanya plain namun karena Syska yang menyuapi... rasanya tiba-tiba begitu enak saja dimulutku. Benar apa yang Bibi bilang, keistimewaannya terletak pada... Cita rasa kasih sayang Syska yang ikhlas menyuapiku...

***

SYSKA’S POV

Kalau Bisma bekerja, aku mau kemana? Jalan-jalan? Oke! Aku akan boring seharian kalau berada di rumah ini bersama Bibi, jadi aku memutuskan jalan-jalan ke Paris... Hmmm..
Dan parahnya aku benar-benar buta akan Kota ini! Ah! Aku tidak tahu jalan-jalan di Paris, dan sepertinya aku nekat berjalan ke arah barat, lurus dan tiba-tiba sepertinya aku tersesat.
Aku hanya celingak-celinguk menatapi orang-orang, atau beberapa mobil, taksi.. Dan lalu seseorang menepuk bahuku dari belakang...
“Can I help you?” suara itu mengagetkanku. Aku mendongak dan melihatnya... Begitu antusias tersenyum padaku.
“No.” Jawabku acuh. Sebenarnya dia sangat tampan, tapi dia tidak kebule-bulean.
“Syska? Syska Stuart!” Ia seperti kaget menatapku. Dari mana ia tahu aku?
“Yeah, who are you?”
“Am Dicky. Dicky Prasetya. Nice to meet you, Syska.” Ia nampak bahagia sekali bertemu denganku. Hah??
“Oh, me too.”
“Can I get your signature?” Ia merogoh sakunya dan menyerahkan selembar kertas dan bolpen padaku, yang benar saja ia meminta tanda tanganku?!
“What? Signature?”
“Tanda tangan, oh ya~ Syska.” Ia tak lagi menggunakan bahasa Inggris. Aku mendelik,
“You can speak Indonesian?” ia tersenyum simpul, senyum menyebalkan.
“Jelaskan! Kenapa kau bisa tahu namaku? Dan, sebenarnya kau ini orang mana? Ku kira kau orang asli negara ini, dan aku begitu shock saat kau berbicara bahasa Indonesia. Apakah aku yang gila?!” Aku mengacak-acak rambutku sendiri, karena aku sedang bingung!!
“Oh, haha. Jangan frustasi, dong. Kau kan model terkenal di Indonesia, aku sering browsing Internet dan mencari artikel tentangmu, Syska. Aku asli Indonesia, namun aku menuntut Ilmu kedokteran di sini. Mengerti?” ia merapihkan rambutku yang acak-acakan. Sebegitu terkenalnya aku? Sebegitu dikenalnya kah aku? Haha!
“Oh begitu.. kenapa kau tak bilang daritadi. Aku kan jadi bingung!” protesku. Ia hanya tersenyum,
“Lalu kau sedang apa disini, Syska?”
Honey Moon.”
“Kau sudah punya suami?!” ujarnya kaget,
“Iya.”
“Secepat itukah?!”
“Tak perlu menggebu-gebu seperti itu!” geramku. Ia nyengir kuda,
“Aku kan shock.”
“Ehm, bagaimana kalau kau mengantarkanku pergi belanja dan jalan-jalan keliling Paris?”
“Ide bagus, Syska~ya.”

***
SYSKA’S POV

Aku pulang sore hari sambil membawa banyak belanjaan di tanganku. Untungnya Dicky mau mengantarku dengan mobil sedannya, jadi aku tak perlu susah-susah naik taksi pulang ke rumah. Aku merasa betah lama-lama di Paris! Disini banyak sekali stand sepatu kulit, parfum mahal, tas yang keren, oh ya ampun seandainya aku berlama-lama di Paris!
Tak terasa mobil yang ku tumpangi telah sampai di depan rumahku, maksudku rumah Bibi lagi. Aku mempersilahkan Dicky masuk sebentar, sekedar ngeteh atau ngobrol. Dicky orang yang sangat friendly dan ramah. Aku rasa ia adalah teman yang cocok untuk bercurhat, atau sekedar bercerita sesuatu yang menarik, karena Dicky lebih suka diam dan mendengarkan ocehanku, daripada berkomentar.
“Masuk, Dick?”
“Ada suamimu?”
“Tidak ada, ia kan pulang malam!”
“Baguslah,” ia membukakan pintu mobil untukku dan kami berjalan berdampingan sambil membawa belanjaanku, karena belanjaanku lebih dari 2 kantong plastik. Ouh, haha.
Aku tercengang saat membuka pintu rumah dan mendapati Bisma sudah duduk sambil memegang sebatang rokok di tangannya. Aku mendelik menatapnya, sambil menyuruh Dicky melangkah mundur.
“Baru pulang, Nona cantik?” sapaannya terdengar ketus. Aku hanya nyengir sambil terus mendesak Dicky melangkah mundur.
“Aku.. Ehmm..” Aku berusaha menutupi keberadaan Dicky, aku menengok ke arah belakang dan mendapati Dicky sedang kebingungan, mengapa aku bersikap seperti ini?
“Kau kenapa? Bicara dengan siapa?” tanya Dicky lirih. Aku tak lagi bisa menyembunyikan Dicky karena Kini Bisma sudah ada di depanku dan mengecek orang yang di belakangku, yang sedang ku sembunyikan keberadaannya.
“Hai. Good Evening! Are you, Syska husband?” sapa Dicky polos. Aku tahu Bisma akan cemburu dan jengkel, aku tahu.
“Who?” Bisma menjawab pertanyaan Dicky dengan dingin. Aku semakin berkeringat dingin saja!
“Dicky Prasetya,” Dicky mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Bisma, namun Bisma enggan membalasnya.
“Pulanglah, aku ada urusan dengan Syska!” usir Bisma tampak judes. Walaupun judes, ku akui gayanya cool untuk melindungiku... Dan caranya jealous sangat aku suka.
“Its okay, see you Syska!” Dicky melambaikan tangan sebagai perpisahan kami. Bisma menatap belanjaanku yang menggunung ini. Ia mendesakku masuk ke dalam rumah dan menyudutkanku di tembok
“Kau ini kenapa? Baru ditinggal kerja sehari saja sudah menggila shopping seperti ini! Kau pikir kau ini masih muda? Kau kan seorang istri! Mana boleh menghambur-hamburkan uang seperti itu!” Ujarnya marah.
“Aku menggunakan uangku sendiri! Dan, apa salah jika aku berrefreshing sedikit?” Aku tak kalah marah dengannya. Kami saling menatap jengkel satu-sama-lain.
“Dicky. Siapa dia?”
“Temanku.”
“Teman?”
“Friend! Just Friend, no more.”
“Apa kau perlu teman?”
“Tentu! Kenapa sih kau melarangku untuk punya teman?!” amukku.
“Aku tidak melarangmu!”
“Aku benci kau!!” jeritku histeris. Amukannya seperti membabi-buta, ia memegang erat wajahku dengan kedua tangannya, lalu dengan seenaknya mengecup bibirku dengan ganas dan kejam! Bibirnya mengulum seluruh bagian bibirku, menguasai seluruh bibirku! Behelnya yang tajam berkali-kali mengenai lidahku, dan dengan sengajanya ia menggigit bibir bagian bawahku, aku bisa merasakan sakitnya hingga sampai ke syaraf otakku. Aku berusaha melepasnya namun ia melarang dan mempererat pelukannya. Akhirnya ia menyerah saat aku menampakkan keganasanku juga, aku menciumnya dan mengecup seluruh bagian lehernya hingga merah, dan ia langsung melepaskanku.
“Bagus sekali, ya!” Ia masih bernada marah namun terselip senyum gembira di wajahnya.
“Dasar gila! Apa maksudmu menciumku seperti itu? Sakit sekali, tau!” aku memegang bibir bagian bawahku yang ia gigit tadi. Aarrghh sialan!
“Aku hanya membuktikan rasa cintaku.”
“Bohong! Kau nafsu,”
“Apa?”
“KAU NAFSU!”
“Jangan bicara begitu! Kau tahu, itu hanya permulaan!” ia mengernyitkan dahinya. Lalu mengambil jaketnya dan keluar rumah.
“Mau kemana kau!!” tanyaku. ia menghela nafas menatapku,
“Pergi.” Lalu dengan cepat ia membanting pintu rumah dan menghilang begitu cepat.

***

BISMA’S POV

Aku depressi dengan keadaan seperti ini! Aku lebih setuju kalau Syska memiliki teman wanita, asal jangan teman Pria. Bagaimana kalau diam-diam mereka saling jatuh cinta? Aku tidak terima. Maka dari itu, aku over-protective padanya. Menjaga segala keutuhan cintanya, hanya untukku! Biarkan kalau orang bilang aku egois, karena aku hanya mencintai Syska. Aku lelah bekerja, aku lelah dengan semua ini. Aku ingin menghabiskan seluruh usiaku bersenang-senang dan berbahagia bersama Syska.. Dan selamanya bersama.
Aku membanting setir berbelok ke kanan, entah mau kemana diriku ini. Aku masih muak jika pulang ke rumah, karena ujung-ujungnya kami berdebat lagi. Kalau aku bertemu pria bernama Dicky itu, akan ku cincang-cincang dagingnya!!

***

Kembali ke rumah, suasana mendadak sepi. Aku memarkir mobil dan memasuki rumah lagi, mendapati Bibiku sedang duduk gelisah di kursi sofa.
“Auntie, ada apa?”
“Syska, Bisma.”
“Why?”
“Lost.”
“Hilang?”
“Sepertinya kabur. Kau ada masalah apa dengannya? Bodoh sekali kau Bisma! Dia kan wanita cantik, berjalan malam-malam sendirian di jalanan Paris, kalau ada yang menculiknya, lalu bagaimana?”
“Aku pergi.”
“kemana?”
“mencarinya. Kehilangannya berarti kehilangan setengah dari nafasku.”

***

SYSKA’S POV

Aku juga memutuskan pergi!! Aku menyusuri jalanan Paris sambil menyarukkan langkah tak berdaya, berharap bertemu Dicky lagi. Bodohnya aku, tak meminta nomer teleponnya tadi! Aku bingung mau kemana. Aku tak membawa handphone agar Bisma tak mencariku. Aku hanya berbalutkan mantel tebal dan berkawankan lampu-lampu jalan dan berselimutkan angin yang menerpa rambut-ku. Aku harus kemana?? Aku mampir ke toko dan membeli 4 botol minuman keras untuk penghilang setressku.
Aku memutuskan duduk di sebuah taman dimana aku bisa menemukan ketenanganku disini.... Karena dibelakangku tepat terdapat menara Eiffel! Sambil menghabiskan minuman kerasku. Bodohnya aku tak membawa kamera tadi. Aku hanya bisa mengagumi keindahan menara Eiffel dengan mata telanjang, sambil berharap-harap Bisma datang menemuiku, dan berkata bahwa ia cemas mencariku, cemas kehilanganku. Bisma, datanglah!! Aku kedinginan...

Aku menunduk karena kelelahan berjalan sepanjang jalan tadi dan akibat alkohol yang kuminum. Aku melirik arlojiku yang menunjukkan pukul 11 malam sekarang.. Jalanan mulai sepi dan malam semakin dingin menusuk tulang. Bisma tidak mencariku? Tidak khawatir denganku? Ah! Lama kelamaan aku tak bisa menahan kantukku, dan sekejap aku menutup mata.. Mungkin aku tidur...
“Hei jelek, jangan tidur disini! Kalau ada berandalan yang menculikmu dan menidurimu, bagaimana?” suara itu mengagetkanku. Aku cepat mendongak dan mendapati Bisma sedang ada di depanku.... .
Aku awalnya sama sekali tak menghiraukannya namun saat ia jongkok di depanku, sambil tersenyum...
“Mari aku gendong, anak manis.” Ucapnya begitu lembut. Aku menurut ajakannya, dan naik ke punggungnya... Ia menggendongku sepanjang jalanan Paris. Ini sungguh romantis... Aku suka sekali dengan keadaan ini. Perlahan aku membenamkan wajahku ke lehernya, wangi maskulin ala Pria Macho...

***

BISMA’S POV

Aku berhasil menemukannya di sini, aku tahu kalau ia akan mengunjungi Menara Eiffel. Gampang sekali untuk ditebak. Aku tahu ia kelelahan dan ia sedang mabuk, maka aku memutuskan untuk menggendongnya saja dan untungnya ia menurut saja. Aku bisa merasakan ia membenamkan wajahnya ke leherku dan menghirup aromanya dalam-dalam...
“Kau mabuk berat ya?” tanyaku.
“Ti..dak.. Aku hanya minum empat botol alkohol..”
“Dasar gila!”
“Aku depressi Bisma~yaa..” ia menaikkan volume suaranya
“Apa? Depressi? Aku juga sedang depressi, tahu!” semburku. Ia tak menghiraukan perkataanku namun bibir nakalnya malah mengecup seluruh bagian leherku dan menghirup aroma rambutku. Aku menengok ke arahnya, spontan ia mengecup pelan bibirku. Apakah se-agresif ini Syska, jika ia sedang mabuk??
“Syska.. Kau.. Agresif.” Ujarku malu. Ia terus saja mengecup bibirku, hingga aku terpaksa berhenti berjalan. Biasanya kan aku dulu yang menciumnya, namun kali ini ia yang bernafsu menciumiku..
“Diamlah, aku sedang menciummu..” Ia terus melumat bibirku dengan nakalnya. Aku menurut saja dengan apa yang ia kata, walaupun nafasnya bau alkohol namun tetap wangi bagiku.
Aku menggendongnya sampai di depan rumah, namun ia masih tak mau turun dari gendongaku sehingga aku harus menggendongnya sampai ke kamar.

***
SYSKA’S POV
Aku sedang mabuk berat! Aku tak tahu pasti apa yang ku lakukan, semua benar-benar diluar kendali. Aku mulai mengantuk, karena ini sudah larut malam. Aku benar-benar merasa nyaman dan hangat dipelukan Bisma. Semuanya seperti ada di surga! Aku mendengarnya membuka pintu kamar. Ia membaringkanku di kasur dengan posisi menelungkup.
“Kau terlalu mabuk hari ini! Istirahatlah.” Ujar Bisma. Aku berusaha memejamkan mataku namun tak bisa. Aku mencekal tangan Bisma dan menarik tubuhnya sehingga ia jatuh di ranjang, bersamaku.
“Maafkan aku masalah tadi ya..” Ucapku memohon. Aku sedang mabuk, namun aku berusaha agak menyadarkan diri.
“No problem.” Lalu lagi-lagi tanpa sadar aku menyandarkan kepala dibahunya. Berusaha menenangkan diri, membenamkan diri ke pelukannya. Aku menghirup aroma wanginya, melingkarkan tangan ke lehernya dan ia menciumku. Aku bisa merasakan diriku sunguh larut dalam suasana malam ini. Perlahan, jemarinya merasuk ke dalam selimut, dan membuka kancing bajuku satu persatu. Aku terdiam saja karena sangat diliputi rasa kantuk!
Aku baru tersadar lagi saat posisi kami sudah berubah total. Tubuhku hanya ditutupi selimut, sementara tubuh Bisma sudah menindihku...

BISMA’S POV

Aku rasa ini saatnya aku beraksi di malam ini. Ia kan sedang lupa diri, jadi dirinya sendiri sungguh tak terkontrol....
“Mau apa kau?” pekiknya setengah sadar. Tubuhnya melemas sekali dipelukanku.
“Tidur denganmu.” Jawabku enteng
“Jangan mentang-mentang aku mabuk, kau bisa melakukan apapun padaku, mengerti?” Syska mendorong tubuhku menjauh darinya. Nafasnya tersengal-sengal, efek dari alkohol tadi.
“Aku sudah tidak berpakaian lagi!” geramnya.
“Kau melepaskannya sendiri! Kau bilang kau gerah sekali.”
“Masa?” Ia bingung menutupi dirinya sendiri.
“Bodoh.” Umpatku sambil tidur membelakanginya. Ia melingkarkan tangannya ke pinggangku, dan mengubah posisiku, kini kami berhadap-hadapan.
“Ijinkan aku memelukmu semalaman.” Ia mulai terpejam dan tubuhnya disandarkan padaku. Malam ini sungguh indah, sinar rembulan menerangi gelap malam, semuanya terasa indah!

***

SYSKA’S POV

Aku mendapati cahaya matahari menyilaukan mataku. Aku segera terbangun dari tidur panjangku dan mendapati Bisma tidur masih memelukku. Tangannya menggenggam erat tanganku. Hingga basah berkeringat.
“Bangunlah!” pekikku. Ia membuka perlahan kedua matanya, dan mempererat genggamannya.
“Kenapa menggenggam erat tanganku seperti itu?” tanyaku menyudutkannya.
“Aku tidak ingin kehilanganmu lagi. Aku tidak ingin kau kabur lagi! Maka semalaman aku menggenggam erat tanganmu. Dan memelukmu agar tak bisa lepas.”
“Mengapa?”
“Kehilanganmu, berarti kehilangan separuh jiwaku. Ingat, kau tak akan pernah lolos dariku. Kemana pun kau pergi aku akan menemukanmu, karena aku tidak rela jika kau pergi, kau kan satu-satunya harta-ku.”... .
SYSKA’S POV
Apa-apaan lelaki ini? Pandai sekali menggombal atau merayu... Dasar Bisma Karisma !
“Kau tidak kerja, hah?” tanyaku sambil mencoba bangkit dari ranjang.
“Tidak. Aku ingin menikmati seharian denganmu.” Jawabnya ringan, seringan tubuhnya!
“Apa? Kau ini... .” Kataku sambil membuang muka. Bolos kerja gara-gara aku?
“Aku ingin denganmu, hanya denganmu.”
“Terserah kau saja.”
 “Aku ingin mengunjungi menara Eiffel, kau tak mau ikut?” tawarnya. Aku menelan ludah sambil tersenyum kecut,
“Aku ikut!” Ucapku bersemangat.

***

Menara Eiffel di siang hari tampak tak terlalu indah. Sebenarnya kalau siang hari, kita bisa melihat bangunan menara ini dengan lebih jelas.
“Naik ke atas?” Bisma menarik tanganku.

“Naik? Bayar?” tanyaku polos. Pertanyaan bodoh ya?
“Di dunia ini tidak ada lagi yang gratis, tahu!!” Ucapnya sedikit beteriak. “Kecuali satu yang gratis, yaitu cintaku yang ku berikan Cuma-Cuma untukmu.”
Kata-kata gombalnya sungguh membuatku ingin segera mati.. kenapa ia begitu hebat merangkai kata-kata yang membuat hati wanita luluh? Kuliah di jurusan pergombalan-kah dia? Ugh!
“How much we must pay, sir?” tanya Bisma pada si penjaga.
“200 Euro.”
“Here is it.” Aku tersenyum pada penjaga itu, “Thanks!!”
Lalu Bisma menginjak kakiku, mengotori sepatu ketsku.
“Apaan sih?” kataku meringis kesakitan. Bisma menggeretku masuk ke pintu masuk menara Eiffel,
“Jangan memberikan senyummu kepada siapapun, karena senyummu hanya milikku, mengerti?” ucapnya sambil tertawa kecil. Aku tersenyum sambil menunduk, menyembunyikan wajah maluku.
“I knew.”

***

Sesampai di atas, aku mengamati kota Paris yang indah dari sini! Menawan sekali! Aku berkali-kali berdecak kagum, sambil menikmati udara kota Paris yang tidak begitu panas, sejuk malahan.
“Beautiful, right?” tanyaku pada Bisma. Ia tak berkomentar, namun dengan kamera Canon DSLR-nya ia mengabadikan setiap beautiful moment di sini. Kameranya tak henti menjeprat-jepret untuk mengambil gambar. Aku menatapnya sewot, kenapa aku tidak difoto? Aku menginjak sepatunya, seperti yang ia lakukan tadi.
“Awh!” pekiknya pelan. Ia melotot padaku, “Ada apa, Nona?”
“Kenapa kau tak mengambil gambarku?”
“Aku hampir lupa.” Ia mengarahkan lensa kameranya dan aku segera berpose. Persetan dengan manusia-manusia yang memerhatikanku yang sedang narsis yang penting aku bahagia!! Jeprat-jepret, hingga sudah berkali-kali,
“Sudah Nona, aku lelah memotretmu.” Keluhnya. Aku tertawa kecil, menghampirinya
“Aku mau lihat hasilnya!” aku merebut kameranya, dan mengutak-utik kamera itu. Aku terkejut melihat beberapa fotoku yang berkesan.. Aneh. Bisma sepertinya sengaja mengeblur lensanya untuk fokus mengambil gambar wajahhku. Hanya wajahku.
“Ini kenapa fotonya seperti ini?” interogasiku padanya. Ia tersenyum nakal,
“Aku mengagumi wajahmu.”
“Hah!!” dengusku. Ia mengelus rambutku, halus sekali.
“Dirimu bagaikan mahkota kehidupanku. Tanpamu, aku bukan apa-apa.”

***

BISMA’S POV

Setelah kami lelah mengelilingi seluruh menara Eiffel, aku pikir ini saat yang tepat untuk membeli es krim di pinggiran jalan. Es krim disini berbeda dengan es krim yang ada di Indonesia, jelas saja.
“Chocholate one, please.”
Aku melihat Syska sedang mendelik ke arahku, seperti hendak menghujamku dengan perkataan.
“Kenapa hanya satu?” tanyanya.
“Satu untuk berdua.”
“Tidak mau!”
“Kenapa?”
“Satu es krim itu bobotnya sangat sedikit, aku yakin aku tak akan kenyang.” Ujarnya sewot.
“Kau ingin kenyang? Makan saja!”
“Kau ini sungguh..” Ia sepertinya lebih mengalah. Aku tertawa puas melihat kekalahannya. Aku menyita es krim dari penjual dan membayarnya. Kami berjalan lagi entah mau kemana. Tangan kananku menggenggam tangan Syska, dileherku tercantol kamera, dan tangan kiriku terdapat es krim tadi.
“Mau kemana lagi?” tanyanya antusias
“Aku tidak akan pernah mengajakmu ke Mall. Tidak akan.” Aku seolah-olah bisa membaca pikirannya. Ia menekuk wajahnya sambil memajukan sedikit bibirnya, yang sangat menggoda bagiku.
“Ya sudah.” Jawabnya cuek. Aku menawarinya es krim namun ia menolak.
“Kenapa tidak mau?”
“Aku tidak berselera Bisma~yaa.” Ucapnya. Mungkin ia masih dongkol karena tidak bisa shopping. Hahaha dasar wanita!
“Baiklah, aku akan mengajakmu ke Mall.”
“Seriously?!” ucapnya sambil berjengit. Aku mengayunkan tangannya,
“Yupp.” Ia tersenyum senang dan nyaris melompat-lompat saking girangnya.

***

SYSKA’S POV

Yeay! Ke Mall! Aku sedang butuh jam tangan baru, parfumku pun habis. Umm.. apalagi ya? Baru ingat, aku butuh sneaker baru karena sneakerku yang lama sudah jebat.
“Nanti kau yang bayar kan?” tanyaku wanti-wanti. Yang benar saja, aku tidak membawa kartu kredit, hanya membawa sedikit uang cash.
“Tidak,” jawabnya sambil memilah-milih dasi. Aku tahu ia sedang main-main.
“Aku tidak mau tau! Pokoknya nanti kau yang harus bayar.” Aku dengan sigap memilih beberapa kebutuhan yang ku perlukan, dan disini memang tidak bisa banting harga. Semuanya serba mahal.
Aku selesai memilih barang-barang kebutuhanku dan mengajak Bisma ke kasir.
“Aku yang bayar?” tanyanya padaku. Aku mengerlingkan mata, penuh harap. “Yang benar saja.” Lanjutnya sambil mengeluarkan dompetnya, sangat tebal.
“Thanks,” Ucapku penuh rasa berterima kasih padanya. Ia mengajakku segera keluar dari situ.
“Itu semua tidak gratis!” ujarnya tiba-tiba, menekanku.
“Apa?”
“Kau harus membayarnya. Belanjaanmu tadi terlampau mahal,” tuntutnya.
“Lalu aku harus berbayar dengan apa?” Ia menghela nafas,
“Gampang saja. Cium aku di depan semua orang.” Ujarnya refleks. Dasar pria gila!!
“AKU TIDAK MAU !” pekikku. Beberapa orang asing memerhatikan kami aneh karena menggunakan bahasa yang asing di telinga mereka. Bahasa Indonesia.
“Ya sudah, mana belanjaanmu? Enak saja mau yang gratisan!” Ia merebut belanjaanku.
“Ah, jangan! Kau bilang, untukku semuanya gratis?” tantangku. Ia tersenyum.
“Yang gratis itu cintaku. Kau mengerti, gadis matre?” ia menjawil daguku. Aku serasa ingin menampar wajahnya. Aku terpaksa! Kau tahu, aku terpaksa!!
Aku menghela nafas sambil mengambil ancang-ancang untuk menciumnya. Di depan umum! Padahal disini banyak bule berkeliaran. Tapi, biarlah! Aku memejam mata sambil mengecup pelan pipi kanannya. Hanya beberapa detik aku melakukannya, dan aku segera menyudahinya.
“Nah, mana belanjaanku!” tagihku. Ia tersenyum menyebalkan. Aku benci.
“Kenapa Cuma yang kanan? Lalu sebelah kiri?” pintanya. Aku seperti ingin menjotosnya saja!!
“Banyak menuntut sekali kau!!” amukku. Aku berbalik badan, “Ambil saja belanjaannya kalau itu membuatmu tenang!” pekikku sambil berjalan menjauhinya.
“Tunggu, tunggu!” ia seperti berlari mengejarku. Langkah kakinya berada tepat di belakangku.
“Mrs. Karisma, can you hear me?” ucapnya sok inggris. Aku muak.
Aku berjalan sudah cukup jauh, sampai di gang sempit nan sepi di dekat rumah Bibi. Sebentar lagi juga sampai rumah, namun tiba-tiba saja ia sudah ada di depanku. Mencegatku.
“Kau pikir aku doyan dengan belanjaan wanita?” Ia menampang sok imut di depanku.
“Mungkin saja.”
“Aneh!” Ia menyerahkan belanjaan itu padaku. “Kau tahu tidak, tempat ini sangat sepi. Gang sempit...” lanjutnya.
“Lantas mengapa?” tanyaku masih muak dengannya.
“Nyonya Syska Karisma, You still angry?”
“No.”
“Lie!”
“Whatever you said.” Tiba-tiba tanpa seizinku, ia menyudutkanku di sisi tembok, dan ...
Kau tahu sendiri pasti, apa yang akan ia lakukan. Aku menghela nafas penuh rasa pasrah... Sambil memejamkan mataku.
“Kau pikir aku akan menciummu?” suaranya membuatku segera membuka mata sambil menatapnya penuh rasa jengkel.
“Biasanya kan, kau sedang ancang-ancang untuk menciumku!”
“Biasanya. Tapi sekarang? Asal kau tahu, aku bosan dengan bibirmu. Aku ingin bibir yang lain.” Ia memalingkan pandangan dariku. Tangannya namun masih mencekal tanganku.
“Kau ingin selingkuh? Oh silahkan!”
“Aku tidak bilang begitu,”
“Tapi intinya begitu!”
“Terserah kau saja, aku tak berniat menciummu sekarang.” Ia mengerang sambil membelai wajahku.
“Cukup membuatku muak hari ini!!” bentakku. Namun sial, tanpa ku sadari atau tanpa ku sengaja, malah aku yang nekat menciumnya terlebih dahulu. Begitu lembut dan temponya lembut..
“You make me feel so hot.” Gumam Bisma. “Your Lips on my Lips.”
“Engh..” aku segera memisahkan kedua bibir kami.
“Apa yang kau lakukan barusan?” tanyanya sambil menaikkan sebelah alis.
“Maaf. Diluar kendali.”

***


2 komentar: