Sabtu, 03 Agustus 2013

What You Watch is What You Do


What You Watch is What You Do
By: Iffadhiya Fathin Adiba
Assalamualaikum Wr. Wb.
            Di dalam artikel saya ini, saya akan mencoba memaparkan sedikit hubungan di antara tontonan dan tuntunan. Semoga anda menikmati…
            Pada zaman sekarang, kehidupan terasa tidak lengkap bila tidak ada media massa. Banyak sekali media massa yang menemani kehidupan manusia, seprti hand phone, televisi, radio, dan sebagainya. Semua media massa itu memiliki dampak positif maupun dampak negatif. Bagi yang bisa memanfaatkan media massa itu sebagaimana fungsinya, tentu tidak akan terjerat dalam dampak negatifnya. Berikut ini akan dijabarkan dampak negatif dari salah satu media massa yaitu televisi. Check it out…

            Televisi merupakan salah satu media massa yang menyajikan gambar-gambar dan didukung oleh efek suara yang menyajikan banyak sekali informasi di dalamnya. Dulu, televisi tidak begitu diminati oleh masyarakat karena beberapa faktor berikut ini:
·         Tidak berwarna
·         Hanya berisi satu atau dua channel
·         Menyajikan tontonan yang kurang menarik
Namun seiring berkembangnya teknologi yang semakin cepat setiap detik, sekarang televisi menjadi salah satu media massa yang paling digemari masyarakat. Hampir setiap jam dalam hidup manusia dihabiskan untuk duduk manis sambil menatap layar televisi. Mengapa bisa televisi yang dulunya tidak dipandang masyarakat menjadi seakan-akan seperti bagian dari kehidupan manusia pada saat ini? Berikut faktor-faktornya:
·         Disajikan dengan bermacam warna
·         Tontonan yang disajikan lebih banyak dan menarik
·         Banyak iklan yang menggiurkan
Itulah beberapa dari banyak faktor yang menjadikan televisi sangat digemari masyarakat. Lalu, apa pengaruhnya terhadap perilaku kita? Sebelumnya, kita akan menghubungkan televisi dan perilaku kita, mari kita telusuri…
            Banyak tontonan yang mengumbar aurat dan kemaksiatan, menghalalkan dosa bahkan bangga dengan apa yang mereka pertontonkan. Dan tahukah bahwa tontonan itu telah menjadi tuntunan di kehidupan kita? Mendarah daging di dalam jiwa manusia yang jarang disirami iman yang kuat. Semua tontonan itu melemahkan takaran iman kita. Berikut buktinya… Jikalau kita melihat masjid dan sudut jalan, banyak dari muslimah yang berjilbab dan menutup badan. Namun anehnya, hal itu hanya menjadi tontonan bagi mereka yang mengumbar aurat dan memperlihatkan lekuk badan. Seseorang yang berakal akan tersentuh hatinya bila selalu melihat yang demikian itu, namun apa yang terjadi di kenyataannya? Hati mereka tak tersentuh sedikitpun dengan apa yang seharusnya menjadi tuntunan, bukan tontonan. Padahal mereka mengaku Islam dengan bersaksi bahwa Allah sebagai Tuhan dan Nabi Muhammad sebagai Nabi akhir zaman. Sebenarnya, mengapa kenyataan berbicara demikian? Itu karena manusia adalah makhluk yang tercipta antara dua watak yang dominan antara Malaikat yang selalu taat dengan apa yang diperintahkan Allah dan antara Syaitan yang selalu membangkang dengan apa yang diperintahkan Allah. Jadi, semua yang mereka ketahui hanya sekedar menjadi kabar simpang siur saja bagi mereka, tidak ada pengaruhnya bagi jiwa dan akhlak mereka. Mereka telah diperbudak media massa yang sangat lihai memainkan perannya dalam menjatuhkan derajat dan moral manusia sehingga tanpa perasaan bersalah melakukan kejahatan yang bukan saja merugikan orang lain, namun jika mereka menyadari, perbuatan mereka itu juga akan berdampak buruk bagi mereka.
            Banyak manusia yang kelelahan dengan aktivitas kehidupannya. Salah satu cara yang digunakan untuk merefleksikan sejenak diri mereka adalah dengan cara menonton. Memang, di dalam tontonan itu ada yang bida bermanfaat bagi manusia, namun jika kita telaah lebih dalam, kebanyakan berisi hiburan yang tak jarang diisi dengan penuh rancangan  kemaksiatan. Ketika menonton sebuah judul sinetron/film di televisi terutama untuk sinetron yang kejar tayang, ada semacam ketimpangan yang terjadi antara karakter protagonis dan karakter antagonis. Dalam hal ini, karakter antagonis begitu berkuasa dalam sebagian besar alur cerita, hal itu mampu memanfaatkan banyak hal yang dapat dijadikan alat untuk menjatuhkan peran protagonis. Di samping itu, peran protagonis terlihat begitu lemah dan tidak berdaya dalam menghadapi serangan karakter antagonis. Dalam hal ini dpat dilihat bahwa sisi “kejahatan” begitu mendominasi jalannya cerita sehinggan membuat alur cerita semakin menimbulkan rasa amarah (panas hati) yang tertahan bagi sebagian penonton karena pada dasarnya hati nurani memihak kepada kebaikan. Sebagai contoh nyata, bahwa banyak orang pedesaan yang digolongkan masyarakat awam, ketika menonton acara televisi semacam itu kemudian menjadi sedikit kesal karena “kejahatan” yang begitu merajalela dan begitu menyudutkan posisi pemeran utama. Dengan kata lain, banyak sekali peran jahat yang mengepung peran baik dalam sebuah alur cerita. Tontonan semacam ini pada akhirnya membuat penonton memendam emosi di alam bawah sadarnya, yang semakin lama semakin menumpuk dan akhirnya tanpa disadari kemudian muncul ke permukaan dalam bentuk perilaku yang cenderung kasar serta mudahnya mengucapkan kata – kata keji.
Sebagai seorang penonton yang tujuannya ingin mendapatkan hiburan ketika menyalakan televisi ternyata malah harus disuguhi acara yang memicu emosi terpendam. Tentu diluar kendali kita ketika menginginkan perubahan jalannya alur cerita sesuai dengan versi kita sendiri dari sebuah acara karena pada dasarnya hal itu sudah diatur oleh sang sutradara. Sebenarnya banyak yang menyadari bahwa tontonan semacam itu kurang baik untuk ditonton, hanya saja rasa penasaran akan bagaimana kelanjutan ceritanya menjadi magnet yang begitu kuat bagi penonton untuk kemudian tetap menontonnya.
Seperti kerja otak manusia yang selalu merekam, menyimpan dan mempraktikkan apa yang dilihatnya, maka setelah menonton tontonan yang berisi kejahatan dan kelakuan yang tidak manusiawi, mereka secara tak sadar akan melakukannya di dalam kehiodupan mereka sehari-hari. Mereka akan tidak mengacuhkan peraturan dan norma-norma yang telah ada. Seakan-akan aturan dibuat untuk dilanggar bukan untuk ditaati. Tentu saja itu sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia. Mengapa? Bayangkan saja jika semua manusia diperbudak oleh tontonan lalu menjadikannya tuntunan, bukankah dunia ini akan berantakan? Banyak terjadi maksiat, pembunuhan, pencurian dimana-mana. Tidak akan ada lagi aturan! Setiap orang akan berlaku sesuai dengan kehendaknya masing-masing. Menciptakan kepribadian yang egois! Hanya mementingkan diri sendiri dan semakin jauh dari Allah SWT.
            Kita hanya bisa saling mengingatkan dan menyampaikan apa yang telah menjadi tuntunan agama di dalam kehidupan ini. Karena hidayah dan petunjuk adalah pancaran cahaya yang hanya diberikan oleh Allah Ta’ala kepada hamba-Nya yang Ia kehendaki dan menjadi pilihan. Namun tentu saja, hidayah itu tidak akan mungkin datang begitu saja di dalam hati manusia jika manusia itu sendiri memang dari awal telah memilih jalan hidup kesesatan dan meninggalkan petunjuk dari Allah SWT. Oleh karena itu, pilihlah petunjuk dan hidayah yang telah Ia perintahkan. Jika kita telah memilih jalan itu, maka Allah pasti akan memancarkan hidayah dan petunjuk-Nya. Bukankah Dia mengatakan di dalam Al Qur’an :
“Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah kami beri hidayah
tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) daripada hidayah,
maka mereka disambar petir azab yang menghinakan
disebabkan apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Fusshilat : 17 )
            Oleh karena itu hemdaklah kita ekstra hati-hati dengan apa yang kita tonton. Mulai sekarang, kita hindarilah menonton acara – acara televisi yang hanya akan membuat kita merasa kesal karena alur cerita yang lebih menonjolkan sisi “kejahatan” daripada sisi kebaikan yang hanya akan mengendapkan sebuah emosi di alam bawah sadar kita yang suatu saat karena sudah memuncak dapat meledak tanpa kita sadari lewat perangai kita yang menjadi kasar dan tak bermoral. Marilah kita menonton acara – acara di televisi yang memang tontonan itu dapat menjadi tuntutan bagi kita menuju kebaikan seperti halnya acara – acara pengajian ataupun kisah sukses orang maupun organisasi.
            Sekian artikel ini saya paparkan, semoga dapat membuka pikiran kita dalam memilih hiburan. Maaf jika terdapat kesalahan kata pada artikel saya di atas.
Nasrun minallah wafatun qariib
Fastabikhul khoirot
Nun wal qolami wama yasthurun
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar